Rektor Termuda, Risa Santoso Ajak Generasi Muda Berani Jadi Pemimpin

FEM Inspire Female Inspiratif Lifestyle News Sosok Terkini Trends Viral

MALANG, KABAR FEM– Di sebuah sudut kota Malang, Jawa Timur, sebuah kampus berdiri dengan wajah baru yang penuh semangat. Institut Teknologi dan Bisnis ASIA kini dipimpin oleh sosok yang tidak biasa: Risa Santoso, perempuan berusia 27 tahun yang mencatat sejarah sebagai rektor termuda di Indonesia.

Usianya yang masih belia sempat memunculkan keraguan banyak pihak. Bagaimana mungkin seorang anak muda bisa memimpin institusi yang dihuni akademisi senior, dosen, dan praktisi pendidikan berpengalaman? Namun, alih-alih gentar, Risa menjadikan keraguan itu sebagai bahan bakar untuk melangkah.

“Tujuan kita sama: membuat institut lebih baik, menjadi sekolah dengan program terbaik di bidang digital bisnis,” ujar Risa, yang ditemui di ruang kerjanya, penuh keyakinan.

Melampaui Batas Usia

Perjalanan Risa bukanlah kebetulan. Lulusan University of California Berkeley dan Harvard Graduate School of Education ini sudah terbiasa menantang arus. Ia percaya, pendidikan Indonesia harus beradaptasi cepat dengan perubahan zaman, terutama di era industri 4.0 yang merambah hingga ke dunia akademik.

Bagi Risa, birokrasi yang kaku adalah penghambat. Pendidikan, katanya, perlu berjalan dengan inovasi, transparansi, dan kecepatan. “Birokrasi itu sering mengurangi adaptasi. Bagaimana caranya kita bisa tetap mengikuti aturan, tapi juga melahirkan terobosan baru?” tegasnya.

Menggugat Skripsi, Menghadirkan Proyek

Salah satu kebijakan yang paling banyak diperbincangkan publik adalah idenya mengganti syarat skripsi dengan proyek kegiatan. Baginya, tidak semua mahasiswa harus dinilai dengan cara yang sama.

Skripsi tetap relevan untuk mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang S-2 atau S-3. Tetapi bagi mahasiswa yang ingin terjun ke dunia kerja atau berwirausaha, proyek nyata akan lebih memberi bekal.

“Banyak lulusan program Desain Komunikasi Visual, misalnya, langsung masuk dunia kerja atau membuat branding bisnis sendiri. Jadi mengapa tidak sejak awal diberi ruang untuk membangun portofolio nyata?” kata Risa.

Dengan gagasan ini, ia ingin kampus bukan sekadar ruang akademik, tapi juga laboratorium kehidupan, tempat mahasiswa ditempa agar siap menghadapi dunia nyata.

Menolak Sunyi atas Kekerasan

Sebagai rektor muda, Risa juga berhadapan dengan persoalan sensitif yang menghantui dunia pendidikan: kekerasan dan pelecehan seksual. Baginya, kampus harus jadi ruang aman.

“Caranya adalah transparansi dan kedekatan dengan mahasiswa. Jangan sampai ada yang melihat atau merasakan pelecehan, tapi memilih diam. Kita harus buka jalur komunikasi,” ujarnya.

Pesannya jelas: diam bukan pilihan. Dengan komunikasi yang sehat, mahasiswa diharapkan berani bersuara dan bertindak.

Seruan untuk Generasi Muda

Di balik segala tanggung jawabnya, Risa tetap melihat dirinya sebagai bagian dari generasi milenial. Ia mengajak anak muda untuk berani mengambil peran, keluar dari bayang-bayang keraguan, dan membuktikan diri lewat hasil nyata.

“Jangan takut mengambil tanggung jawab lebih. Kalau hasil yang kita berikan nyata, orang tidak akan meremehkan,” katanya penuh semangat.

Bagi Risa, kepemimpinan bukan soal usia, melainkan soal keberanian mengambil langkah, membuka ruang inovasi, dan menghadirkan perubahan. Dari Malang, pesan itu bergema: bahwa anak muda bisa, dan sudah saatnya memimpin (Mutma).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *