Dari Desa ke Dunia, Kisah Perempuan Indonesia Merajut Bisnis Ramah Lingkungan

FEM Inspire Inspiratif News Sosok Terkini

Denica Riadini-Flesch. Foto : Rolex.

AMBARAWA, FEM– Pagi menyingsing di Ambarawa. Di petak-petak kecil yang tampak seperti lukisan, daun indigo meliuk tertiup angin. Di sinilah Denica Riadini-Flesch, mantan ekonom pembangunan yang mengubah warna menjadi gerakan.

Melalui SukkhaCitta, ia merajut kembali hubungan busana dengan bumi: menanam pewarna alami, melatih perempuan perajin, dan menata ulang rantai pasok agar “musim” kembali menentukan ritme, bukan hanya siklus produksi.

Model “farm-to-closet” yang ia gagas bukan jargon; ia memadukan pertanian regeneratif dan upah yang adil, dan diakui di panggung dunia melalui Rolex Awards for Enterprise 2023. Dalam setahun terakhir, berbagai liputan internasional menyorot dampaknya atas ratusan keluarga perajin serta peralihan industri menuju serat dan pewarna yang menyehatkan tanah.

Christine Fellenz. Sumber: NGM.

Ratusan kilometer ke barat, di Lampung, aroma fermentasi kakao menguar dari kotak kayu. Sabrina Mustopo, pendiri Krakakoa, memulai misinya sederhana: Indonesia bukan sekadar pengekspor kakao mentah—kita bisa mengolahnya menjadi cokelat bernilai tambah, sambil mengangkat martabat petani dan menjaga hutan.

Krakakoa melatih petani untuk bertani organik, membayar premium di atas harga pasar, dan membuktikan bahwa “farmer-to-bar” bisa mengimbangi pahitnya perubahan iklim.

Foto : Rolex 

Laporan awal 2025 menyoroti lebih dari seribu petani yang telah mereka latih; panen lebih stabil, kualitas naik, dan hutan terlindungi karena praktik budidaya yang baik. Visi Sabrina—yang juga dibahas dalam berbagai profil wirausaha—menautkan rasa, kesejahteraan, dan konservasi dalam sepotong cokelat.

Di pusat kuliner Nusantara, Helianti Hilman menyusuri jejak rempah dan padi kuno. Lewat Javara—lahir dari perjumpaan panjangnya dengan petani kecil—Helianti mengangkat kembali biodiversitas pangan Indonesia: garam matahari, gula kelapa cair, hingga varietas padi leluhur.

Javara menghubungkan penjaga kearifan lokal dengan pasar global, menumbuhkan kebanggaan, sekaligus insentif ekonomi untuk menjaga benih dan habitatnya. Deretan penghargaan kewirausahaan sosial yang ia terima hanyalah penanda; dampak sesungguhnya bertahan di ladang-ladang dan dapur rumah tangga, saat resep lama kembali bernyawa dan petani punya alasan kuat untuk tidak meninggalkan lahannya.

Sementara itu, di Jakarta, deru mesin beralih nada. Noni Purnomo mendorong Bluebird masuk lebih dalam ke elektrifikasi armada—dari peluncuran e-taksi pertama di Indonesia hingga strategi menggandeng produsen untuk menekan harga dan mempercepat adopsi. Di kota yang tertutup polusi dan macet, setiap kilometer listrik menggantikan kilometer fosil—kecil jika sendiri, berarti ketika dikalikan jutaan perjalanan. Dorongan ini bukan sekadar transformasi bisnis, tapi juga pesan: transisi energi bukan wacana, ia bisa diantar—harfiah—sampai ke pintu rumah.

Benang Merah: Inovasi yang Berakar

Foto : Rolex.

Apa yang menyatukan keempat kisah itu? Pertama, nilai tambah di sumbernya—apakah itu kakao, kain, atau pangan—yang menggeser keuntungan ke hulu, ke tangan yang paling awal menyentuh bumi.

Kedua, pemulihan relasi manusia-alam: pertanian regeneratif untuk pewarna, agroforestri kakao, konservasi varietas pangan, sampai elektrifikasi yang menurunkan emisi perkotaan.

Ketiga, penguatan perempuan—sebagai pendiri, pemimpin, maupun penggerak komunitas—yang mengalirkan dampak hingga ke pendidikan anak dan kemandirian keluarga.

Temuan-temuan ini seperti dikutip FEM dari laman resmi Rolex, konsisten dengan pengakuan global yang mereka terima setahun terakhir—dari Rolex Awards hingga daftar inovator industri mode—yang menilai inovasi bukan hanya pada produk, tetapi pada cara memproduksinya.

Tantangan di Tikungan

Tentu tantangannya tak kecil: skala. Regeneratif butuh waktu; premium price harus dikomunikasikan ke konsumen; infrastruktur EV menuntut investasi besar. Tapi di setiap hambatan, para perempuan ini memilih jalan yang sama: membangun ekosistem—petani, perajin, pemasok, hingga pembeli—agar perubahan tak berhenti di satu merek.

Apa yang Bisa Ditiru?

  • Mulai dari hulu. Bangun kemitraan jangka panjang dengan produsen bahan baku; dampak lingkungan dan ekonomi akan lebih tahan lama.

  • Pulihkan tradisi sebagai teknologi. Pengetahuan pangan dan benih lokal adalah “IP” lintas generasi—Javara menunjukkannya.

  • Dorong adopsi massal. Elektrifikasi transportasi menuntut kemitraan lintas industri—pelajaran dari Bluebird.

Di kebun, di rumah tenun, di pabrik cokelat kecil, hingga di pangkalan taksi kota, inovasi hijau Indonesia sedang bertunas. Ia tak selalu spektakuler—lebih mirip bisik alam yang konsisten.

Dan di baliknya, berdiri para perempuan yang mengubah cara kita menanam, membuat, makan, dan bergerak. Bukan sekadar “bisnis ramah lingkungan”—ini adalah bisnis yang membuat lingkungan ramah kembali pada kita.

Catatan Sumber :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *