Severn Suzuki, Gadis 12 Tahun yang Membungkam Dunia

FEM Action FEM Inspire Female Inspiratif News Sosok Terkini
Di sebuah ruangan megah di Rio de Janeiro, Brasil, Juni 1992, para pemimpin dunia duduk berjejer. Delegasi dari berbagai negara hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi Bumi Perserikatan Bangsa-Bangsa—sebuah forum prestisius untuk membicarakan masa depan planet ini. Namun yang membuat ruangan itu hening bukanlah seorang kepala negara, bukan pula ilmuwan terkemuka. Melainkan seorang anak berusia 12 tahun bernama Severn Cullis-Suzuki.

Dengan suara jernih, Severn berbicara bukan sebagai politisi, bukan sebagai akademisi, melainkan sebagai seorang anak yang sedang mewarisi bumi. Ia datang mewakili Environmental Children’s Organization (ECO), kelompok kecil yang ia dirikan bersama teman-temannya sejak usia 9 tahun.

Mereka menempuh perjalanan sejauh 6.000 mil dari Vancouver, Kanada, demi menyampaikan satu pesan sederhana: orang dewasa harus berhenti merusak bumi.

Pidato yang Menggetarkan Sidang Dunia

“Aku hanyalah seorang anak kecil,” ucap Severn, “namun aku tahu bahwa kita semua adalah bagian dari satu keluarga besar yang hidup di planet yang sama.”

Kalimat itu—dan puluhan kalimat lain yang ia lontarkan—membuat suasana sidang berubah. Delegasi yang biasanya disibukkan dengan catatan pidato dan dokumen resmi, kini terdiam. Beberapa menunduk. Ada yang berkaca-kaca.

Severn menceritakan ketakutannya menghirup udara beracun, ketidakpastian masa depan hutan, dan kesedihan melihat binatang punah. Ia menyinggung ironi kehidupan: anak-anak jalanan di Brasil yang rela berbagi meski tak punya apa-apa, sementara negara-negara kaya di Utara terus menyia-nyiakan sumber daya.

Pidatonya ditutup dengan sebuah tantangan: “Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang Anda, buktikan kata-kata itu.”

Begitu Severn berhenti berbicara, ruangan bergemuruh oleh tepuk tangan panjang. Para pemimpin dunia berdiri memberi penghormatan. Ketua sidang bahkan mengaku malu—sebab baru saja ia disadarkan oleh seorang anak kecil tanpa naskah, sementara dirinya berbicara dengan berlembar-lembar teks buatan asistennya.

Dari Rio ke Dunia

Severn Suzuki lahir dan tumbuh di Vancouver. Ayahnya, David Suzuki, seorang ilmuwan lingkungan terkenal, memberi banyak pengaruh pada kepeduliannya terhadap alam. Namun yang membuat pidatonya abadi bukan hanya karena ia putri seorang aktivis, melainkan karena kata-katanya lahir dari ketulusan seorang anak yang mencintai bumi.

Kini, lebih dari tiga dekade setelah pidato itu, video Severn masih berulang kali diputar dalam forum-forum lingkungan. Generasi baru yang menonton pun masih merasakan getaran yang sama: sebuah teguran jujur dari seorang anak kepada orang dewasa yang sibuk dengan ambisi dan kepentingannya.

Warisan Sebuah Suara

Severn melanjutkan hidupnya sebagai aktivis lingkungan. Ia menempuh pendidikan tinggi di bidang biologi dan etnobotani, lalu terus bekerja untuk isu keberlanjutan. Pidatonya di Rio tetap menjadi tonggak sejarah, mengingatkan dunia bahwa kebenaran kadang datang dari suara paling sederhana—suara anak-anak yang meminta masa depan.

Hari itu, seorang gadis berusia 12 tahun benar-benar membungkam dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *